VPN merupakan sebuah metode untuk membangun jaringan yang menghubungkan antar node jaringan secara aman / terenkripsi dengan memanfaatkan jaringan publik (Internet / WAN). Contoh implementasi adalah ketika Anda mengelola network yang terdiri dari beberapa kantor di lokasi yang berbeda. Akan membutuhkan biaya besar jika kita kemudian membangun link wireless atau fiber optik padahal bisa jadi antar kantor berada di kota atau bahkan pulau yang berbeda. Dengan VPN, kita bisa membangun sebuah link antar kantor dengan memanfaatkan jaringan internet yang sudah ada. Link yang terbentuk diamankan dengan enkripsi sehingga meminimalisir kemungkinan data akan diakses oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Mikrotik support beberapa metode VPN seperti PPTP, L2TP, SSTP, dan OpenVPN. Dengan adanya beberapa opsi ini, kita perlu memilih tipe VPN yang cocok untuk jaringan kita. Secara umum semua type tersebut memiliki fungsi yg sama. Yang membedakan adalah autentikasi dan enkripsi yg digunakan.
1. PPTP (Point to Point Tunnel Protocol)
PPTP merupakan salah satu type VPN yang paling sederhana dalam konfigurasi. Selain itu juga fleksibel. Mayoritas operating system sudah support sebagai PPTP Client, baik operating system pada PC ataupun gadget seperti android. Komunikasi PPTP menggunakan protokol TCP port 1723, dan menggunakan IP Protocol 47/GRE untuk enkapsulasi paket datanya. Pada setting PPTP, kita bisa menentukan network security protocol yang digunakan untuk proses autentikasi PPTP pada Mikrotik, seperti pap,chap,mschap dan mschap2. Kemudian setelah tunnel terbentuk, data yang ditransmisikan akan dienkripsi menggunakan Microsoft Point-to-Point Encryption (MPPE). Proses enskripsi biasanya akan membuat ukuran header paket yang ditransmisikan akan bertambah. Jika kita monitoring, traffick yang melewati tunnel PPTP akan mengalami overhead ± 7%.
2. L2TP (Layer 2 Tunnel Protocol)
L2TP merupakan pengembangan dari PPTP ditambah L2F. Network security Protocol dan enkripsi yang digunakan untuk autentikasi sama dengan PPTP. Akan tetapi untuk melakukan komunikasi, L2TP menggunakan UDP port 1701. Biasanya untuk keamaanan yang lebih baik, L2TP dikombinasikan dengan IPSec, menjadi L2TP/IPSec. Contohnya untuk Operating system Windows, secara default OS Windows menggunakan L2TP/IPSec. Akan tetapi, konsekuensinya tentu saja konfigurasi yang harus dilakukan tidak se-simple PPTP. Sisi client pun harus sudah support IPSec ketika menerapkan L2TP/IPSec. Dari segi enkripsi, tentu enkripsi pada L2TP/IPSec memiliki tingkat sekuritas lebih tinggi daripada PPTP yg menggunakan MPPE. Traffick yang melewati tunnel L2TP akan mengalami overhead ± 12%.
3. SSTP (Secure Socket Tunneling Protocol)
Untuk membangun vpn dengan metode SSTP diperlukan sertifikat SSL di masing-masing perangkat, kecuali keduanya menggunakan RouterOS. Komunikasi SSTP menggunakan TCP port 443 (SSL), sama hal nya seperti website yang secure (https). Anda harus memastikan clock sudah sesuai dengan waktu real jika menggunakan certificate. Manyamakan waktu router dengan real time bisa dengan fitur NTP Client. Sayangnya belum semua OS Support VPN dengan metode SSTP. Traffick yang melewati tunnel SSTP akan mengalami overhead ± 12%.
4. OpenVPN
VPN ini Biasa digunakan ketika dibutuhkan keamanan data yg tinggi. Secara default, OpenVPN menggunakan UDP port 1194 dan dibutuhkan certificate pada masing-masing perangkat untuk bisa terkoneksi. Untuk client compatibility, OpenVPN bisa dibangun hampir pada semua Operating System dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. OpenVPN menggunakan algoritma sha1 dan md5 untuk proses autentikasi, dan menggunakan beberapa chiper yaitu blowfish128, aes128, aes192 dan aes256. Trafik yang melewati tunnel OpenVPN akan mengalami overhead ± 16%.
1. PPTP (Point to Point Tunnel Protocol)
PPTP merupakan salah satu type VPN yang paling sederhana dalam konfigurasi. Selain itu juga fleksibel. Mayoritas operating system sudah support sebagai PPTP Client, baik operating system pada PC ataupun gadget seperti android. Komunikasi PPTP menggunakan protokol TCP port 1723, dan menggunakan IP Protocol 47/GRE untuk enkapsulasi paket datanya. Pada setting PPTP, kita bisa menentukan network security protocol yang digunakan untuk proses autentikasi PPTP pada Mikrotik, seperti pap,chap,mschap dan mschap2. Kemudian setelah tunnel terbentuk, data yang ditransmisikan akan dienkripsi menggunakan Microsoft Point-to-Point Encryption (MPPE). Proses enskripsi biasanya akan membuat ukuran header paket yang ditransmisikan akan bertambah. Jika kita monitoring, traffick yang melewati tunnel PPTP akan mengalami overhead ± 7%.
2. L2TP (Layer 2 Tunnel Protocol)
L2TP merupakan pengembangan dari PPTP ditambah L2F. Network security Protocol dan enkripsi yang digunakan untuk autentikasi sama dengan PPTP. Akan tetapi untuk melakukan komunikasi, L2TP menggunakan UDP port 1701. Biasanya untuk keamaanan yang lebih baik, L2TP dikombinasikan dengan IPSec, menjadi L2TP/IPSec. Contohnya untuk Operating system Windows, secara default OS Windows menggunakan L2TP/IPSec. Akan tetapi, konsekuensinya tentu saja konfigurasi yang harus dilakukan tidak se-simple PPTP. Sisi client pun harus sudah support IPSec ketika menerapkan L2TP/IPSec. Dari segi enkripsi, tentu enkripsi pada L2TP/IPSec memiliki tingkat sekuritas lebih tinggi daripada PPTP yg menggunakan MPPE. Traffick yang melewati tunnel L2TP akan mengalami overhead ± 12%.
3. SSTP (Secure Socket Tunneling Protocol)
Untuk membangun vpn dengan metode SSTP diperlukan sertifikat SSL di masing-masing perangkat, kecuali keduanya menggunakan RouterOS. Komunikasi SSTP menggunakan TCP port 443 (SSL), sama hal nya seperti website yang secure (https). Anda harus memastikan clock sudah sesuai dengan waktu real jika menggunakan certificate. Manyamakan waktu router dengan real time bisa dengan fitur NTP Client. Sayangnya belum semua OS Support VPN dengan metode SSTP. Traffick yang melewati tunnel SSTP akan mengalami overhead ± 12%.
4. OpenVPN
VPN ini Biasa digunakan ketika dibutuhkan keamanan data yg tinggi. Secara default, OpenVPN menggunakan UDP port 1194 dan dibutuhkan certificate pada masing-masing perangkat untuk bisa terkoneksi. Untuk client compatibility, OpenVPN bisa dibangun hampir pada semua Operating System dengan bantuan aplikasi pihak ketiga. OpenVPN menggunakan algoritma sha1 dan md5 untuk proses autentikasi, dan menggunakan beberapa chiper yaitu blowfish128, aes128, aes192 dan aes256. Trafik yang melewati tunnel OpenVPN akan mengalami overhead ± 16%.
Perlu diingat, bahwa semakin kita membutuhkan sebuah jaringan yg aman, maka akan semakin kompleks konfigurasi yang perlu diterapkan, begitu juga dengan penggunaan resource hardware, semakin tinggi enkripsi yang digunakan, penggunaan resource, khususnya CPU juga akan naik. Kesimpulan yang bisa kita ambil, jika Anda menginginkan VPN dg kompatibilitas perangkat client yg baik , maka PPTP bisa menjadi pilihan. Selain itu, PPTP juga bisa menjadi pilihan jika Anda tidak ingin terlalu repot untuk melakukan konfigurasi. Tetapi jika Anda menginginkan sebuah VPN dengan keamanan lebih bagus, gunakan L2TP/IPsec atau OpenVPN. Biasanya untuk OS windows, secara default menggunakan L2TP/IPSec, sehingga tinggal diseusuaikan pada sisi server. Jika memang perangkat Anda support dan Anda membutuhkan keamanan yg tinggi pada jalur VPN anda, L2TP/IPSec bisa menjadi pilihan. Satu hal yang menjadi catatan, penggunaan VPN tidak bisa meningkatkan bandwidth (lebih tepatnya mengurangi bandwidth anda karena ada penambahan headernya), tergantung dari besar bandwidth langganan anda.